Ilyas Kusuma Winata | 2025-01-06
Kasus Bullying Makin Marak Terjadi Di Lingkungan Sekolah, Bagaimana Cara Mencegah Anak Menjadi Korban atau Pelakunya?
Bullying atau perundungan makin marak terjadi di tingkat sekolah. Hal ini tentu menimbulkan kekhawatiran bagi para orang tua. Kasus paling baru terjadi di Kota Subang yang menewaskan seorang siswa kelas 3 SD di Blanakan hanya karena tidak mau memberikan uang kepada kakak kelasnya.
Bahkan dikalangan anak artis juga terjadi. Anak dari Vincent Rompies juga sempat menjadi pelaku perundungan bersama teman-temannya hingga sebagian dari mereka harus dikeluarkan dari sekolah dan orang tua mereka menanggung malu atas hal tersebut.
Bukan sekali dua kali hal ini terjadi, tetapi sudah sangat sering sampai sulit menghitung angka pastinya lagi, belum lagi yang tidak diliuput media dan terjadi setiap hari disekitar anak.
Kenapa hal ini bisa terjadi? Para psikolog anak mengungkapkan ada beberapa hal yang menjadi alasan anak memiliki mental perundung ketika di sekolah.
Kak Seto, seorang Psikolog Anak, menyebutkan salah satu alasan anak memiliki kecenderungan untuk melakukan perundungan adalah karena sistem pendidikan yang tidak ramah anak. Tidak ramah anak salah satunya karena kurikulum yang terlalu padat, jam belajar yang terlalu panjang, pekerjaan rumah yang bertumbuk tidak ada habisnya, seolah-olah makna pendidikan hanyalah mengisi kepala sebanyak mungkin dengan teori-teori.
dr. Erika, Psikolog, menjelaskan perundungan memiliki 4 faktor:
1. Penindasan dengan sengaja,
2. Dilakukan oleh pihak yang lebih kuat atau berkuasa,
3. Diniatkan untuk menyakiti orang lain,
4. Dilakukan terus menerus.
Lantas, apa penyebab keempat hal ini bisa terjadi pada anak meskipun mereka masih sangat muda? dr. Erika menjelaskan kemungkinan yang ada seperti:
1. Adanya kebutuhan untuk bergerak lebih banyak sehingga dilampiaskan kepada orang lain,
2. Kesulitan mengontrol diri,
3. Adanya masalah sosial seperti belum mengerti cara untuk bergaul dengan orang lain yang benar seperti apa.
4. Pola asuh dari orang di rumah dimana anak sangat mungkin meniru bagaimana cara penyelesaian masalah orang terdekatnya,
5. Meniru tontonan atau lingkungan dekatnya yang mengandung kekerasan.
Jika anak menjadi salah satu korban, bagaimana cara untuk bertahan dari perundungan seperti ini? dr. Erika menyebutkan kalau mengajari bela diri juga tidak ada gunanya jika secara kejiwaan anak masih merasa tidak berharga atau disayang. Maka langkah paling awal yang perlu diajarkan orang tua agar anak tidak menjadi korban atau pelaku perundungan adalah dengan membangun mental yang tangguh pada anak sedini mungkin.
Ada tiga cara agar anak bisa tangguh secara mental menurut dr. Erika, yaitu:
1. Buat anak merasa berharga dan dicintai sehingga menyadari bahwa dirinya dan orang lain tidak layak untuk direndahkan dan disakiti,
2. Biarkan anak untuk mengemukakan apa yang ia suka dan tidak suka sehingga ia bisa tahu bahwa orang lain bisa berbeda dengannya sebagaimana dirinya berbeda dengan orang lain,
3. Latih untuk memiliki kemampuan pemecahan masalah yang baik dan dengan cara yang baik juga.
Tiga hal ini ampuh untuk membangun mental yang sehat pada anak dan menjadi langkah awal agar terhindar dari pelaku dan korban perundungan. Orang tua juga harus memberikan hukuman yang setimpal atas pelaku perundungan yang dilakukan oleh anaknya agar ia belajar bahwa perilaku tersebut salah dan sangat tidak boleh dilakukan kepada orang lain. Dengan orang tua memberikan hukuman yang setimpal, anak juga akan belajar bahwa jika dengan orang tuanya saja sudah diberikan hukuman, apalagi jika masyarakat langsung yang menghukumnya atas tindakan perundungan tersebut. Saat anak sudah memahami hal ini maka akan lebih mudah baginya untuk menjauh dari sifat tersebut dan bisa menghindar dari pelaku perundungan yang dilakukan temannya atau orang lain.
Ilyas Kusuma Winata | 2025-01-06
Ilyas Kusuma Winata | 2025-01-06
Ilyas Kusuma Winata | 2025-01-06